masukkan script iklan disini
Fast News - Karawang | Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tengah menjadi sorotan.
Proyek yang dilaksanakan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, ini dinilai kurang mendapatkan pendampingan teknis yang optimal dari tim konsultan yang ditunjuk.
Proyek tersebut mencakup pembangunan jaringan irigasi Jatiluhur sepanjang 460 meter dengan tinggi 0,8 meter dan lebar 0,3 meter. Pendanaan sebesar Rp 195 juta berasal dari APBN Tahun Anggaran 2024, dan pelaksanaannya dilakukan secara swakelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mekar Abadi.
Namun, sejumlah pihak mengkritik kualitas pekerjaan pasangan batu belah di proyek tersebut karena tidak menggunakan batu muka, sebagaimana lazimnya standar pekerjaan irigasi.
Ketua P3A Mekar Abadi, Ulis Madi, menjelaskan bahwa proyek ini dikerjakan di dua titik, yaitu Dusun Jamantri dan Dusun Karajan.
"Pekerjaan ini dilakukan secara swakelola oleh masyarakat, tidak melalui kontraktor. Konsultan teknik yang mendampingi proyek ini adalah Pak Andri dari Telukjambe Timur," ujar Ulis saat ditemui di kediamannya, Rabu (20/11).
Kritik juga datang dari Kepala Desa Mekarjaya, Uju Junaedi, yang menilai pasangan batu belah pada proyek ini tidak sesuai standar.
"Seharusnya pasangan batu belah ini menggunakan batu muka dan ada natnya, seperti pekerjaan Dana Desa (DD). Namun, yang terjadi justru pasangan batu biasa tanpa standar yang memadai. Saya menduga ini akibat kurangnya pengawasan dari konsultan teknik BBWS," kata Uju saat dikonfirmasi di kantor desa.
Uju mengaku telah menegur konsultan teknik terkait masalah tersebut. Namun, menurutnya, konsultan hanya memberikan alasan bahwa para pekerja yang sebagian besar adalah petani sulit diarahkan.
"Katanya, mereka sulit diatur, jadi dibiarkan saja," tambah Uju.
Proyek P3-TGAI ini seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan tata kelola irigasi di wilayah pertanian. Namun, lemahnya pengawasan teknis dan kualitas pekerjaan dapat mengurangi manfaat yang diharapkan.
Masyarakat berharap pihak BBWS Citarum dan konsultan lebih serius dalam memastikan kualitas pekerjaan agar proyek ini benar-benar memberikan dampak positif bagi petani setempat.
• Hamid